Locastories

Kamis, 18 April 2024

Kantor Pos Indonesia, Sindanglaya

Kantor Post Pos Indonesia Cabang Sindanglaya. Ada juga yang menyebutnya sebagai Pos dan Giro. Ketika SMP,  biasa teman - teman menyebutnya P&G. Dengan ejaan bahasa Inggris, menjadi vi en ji. 

Tempat ini merupakan tempat strategis yang sering dijadikan meetpoint. Dulu saya selalu menjadikan tempat ini sebagai tempat janjian apabila mau kerja kelompok. Mungkin tempat ini juga dijadikan tempat janjian bukan hanya sama saya.

Kantor Pos satu ini saya rasa banyak menjadi cerita. Karena merupakan tempat yang ikonik dan strategis. Selain memang banyak membantu masyarakat untuk melayani surat menyurat, termasuk pengambilan kiriman uang. Apalagi ketika masa jaya-jayanya. 

Saat ini Kantor Pos ini masih berdiri, masih eksis menjadi bagian cerita warga. Dan tentunya Kantor Pos ini juga memeliki sejarah yang cukup panjang, bisa dilihat dari gaya bangunannya yang dipertahankan sampai sekarang. 

__________

Teman-teman saya suka mendokumentasikan aktivitas saya ketika berpergian dan memotret. Beberapa foto yang saya gunakan di sini saya juga upload di Shutterstok, bagi yang memerlukan foto-foto saya untuk keperluan komersil, editorial ataupun keperluan lain (yang tidak melanggar hukum) silakan bisa download di akun Shutterstock saya. 

Atau barangkali teman-teman ada yang tertarik untuk untuk menajdi kontributor silakan untuk daftar sebagai kontributor di Shutterstock. 

Kamis, 11 Januari 2024

Gulma dalam kegiatan pertanian sering kali muncul dikebun. Tidak jarang gulma tersebut mengganggu pertumbuhan tanaman petani. Gulma biasanya dikendalikan dengan berbagai macam cara agar pertumbuhan tanaman bisa optimal. Nah salah satu cara mengendalikan gulma adalah dengan disiangi (eh ini bener ga ya nulisnya) atau dicabut. Tapi saya disklaimer dulu kalau istilah ini biasa digunakan di salah satu daerah yang mungkin berbeda di daerah lain. Dan kegiatan cabut gulmanya dilahan kering ya, bukan sawah. 

Di Sukatani dan di Sindangjaya yang merupakan daerah pertanian yang sangat produktif terdapat istilah lokal untuk mencabut gulma. Istilah tersebut berasal dari bahasa sunda dan menurust saya mah sangat spesifik. Kenapa saya menyebutnya spesifik, mari kita bahas.

1. Notogo

No-to-go. Notogo merupakan salah satu kegiatan menyiangi rumput atau gulma yang tumbuh di bedengan. Gulma biasa tumbuh bersamaan dengan tanaman yang ditanam dibedengan yang telah diolah. beberapa minggu kemudian gulma yang terdiri dari beberapa jenis rumput muncul dan subur bersaing dengan tanaman pak tani. 

Notogo sendiri merupakan istilah khusus untuk mencabut gulma yang masih kecil. Biasanya gulma yang dicabut memiliki tinggi kisaran 1-3 cm. Gulma ukuran tersebut biasa muncul berbarengan tumbuhnya tanaman yang ditanam secara tabela (tanam benih langsung). Bisa dibilang proses notogo ini merupakan proses yang cukup sulit. Disebut sulit karena harus bisa mencabut rumput yang masih kecil diantara tanaman sayuran yang juga masih kecil yang sedang bersaing tumbuh dengan gulma. 

Di saerah saya tinggal di Sukatani dan Sindangjaya, biasanya kalau tanam wortel, kailan, dan horenso banyak yang menggunakan sistem tabela. Dan para petani biasa menggabungkan ketiga jenis sayuran tersebut. jadi sekali tabela langsung menebarkan wortel, kalian dan jenis lainnya seperti horenso atau selada keriting sesuai dengan kreasi petani. Tentuna dengan memerhatikan daya tumbuh dan usia panen masing-masing jenis sayuran.

2. Ngoyos

Ngo-yos adalah itilah untuk mencabut gulma dimana ukuran gulmanya sudah cukup tinggi. Ada juga yang menyebutnya notogo dua kali. Kenapa disebut notogo dua kali karena ngoyos ini merupakan kegiatan mencabut kedua kalinya setelah pencabutan gulma yang pertama yaitu No-To-Go. 

Proses ngoyos ini lebih mudah daripada No-To-Go. Hal itu dikarenakan tanamanan yang ditanam pak tani biasnaya sudah lebih besar. Tinggi gulma di proses Ngo-Yos ini sekitar 5 cm. Dan rumput yang muncul biasanya jenis jukut amis (rumput manis) yang biasa diberikan untuk pakan kelinci. 

Jukut amis ini banyak tumbuh di bedengan atau di gawangan kebun petani. Tapi jenis rumput atau gulma satu ini tidak bandel. Saya sendiri suka merasakan kepuasan tersendiri jika mencabut rumput ini dan berhasil membersihkan bedengan baik. 

3. Ngaramas

Nga-ra-mas, berasal dari kata dasar ramas. Ngaramas masih merupakan kegaiatan mencabut gulma di bedengan, Namun pada proses ini gulmanya memliki ukuran yang lebih tinggi dari dua proses tadi. Biasanya ukuran gulma pada proses ini kira-kira lebih dari  20 cm. 

Proses ngaramas biasa dilakukan di jenis tanaman bawang daun, kadang juga di kebun brokoli, kol. Tapi banyaknya di kebun bawang daun. Rumput biasanya bisa tumbuh lebih dari 20 senti ditanaman bang daun. Karena bawang daun di daerah yang say atau seperti Sukatani dan Sindangjaya biasa di Cengcem. Istilah Cengceng merupakan istilah sunda yang kurang lebih di bahasa Indonesia bisa disebut juga tahan. Jadi bawang daun bisa ditahan alias ditahan untuk tidak dijual dulu. Apalagi ketika harganya kurang bagus. 

nyengceum tidak menjadikan bawangnya gagal panen. Karena Bawang daun ini beda dengan brokoli dan jenis sayuran lain yang harus dipanen tepat waktu. Kalau bawang daun, saya bisa tahan sampai 10 bulan dan sebenarnya bisa lebih. Asal dirawat dengan baik, dipupuk secara teratur, disaeur (istilah sunda yang artinya menaikan atanah ke bengan secara merata dan tipis untuk menjaga akar daun bawang), jika anakannya terlalu banyak bisa dibagi dan ditanam ditempat lain, Dan tentu yang dilakukan untuk merawat bawang daunnya adalah dengan diramas (kata aktif menjadi Diramas),

Nah itulah istilah mencabut rumbut dalam budaya pertanian di Sukatani dan Sindangjaya. sangat spesisfik kan istilahnya, beda ketinggian gulmanya beda juga istilahnya. sekarang jadi tahu kenapa di awal tadi saya menyeb istilahnya spesifik.

Barangkali ada yang bertanya kenapa dua tempat tersebut yang disebut, pertama karena saya bertani didaerah tersebut dan yang kedua daerah tersebut dua desa yang bertenggaan, Uniknya ada satu kampung yang wilayahnya terbagi di dua desa, nah itulah kampung saya. Nah sampai sini dulu teman-teman. 

Sabtu, 05 Agustus 2023


Makanan tradisional makin kesini kayaknya makin cukup sulit saja untuk di temukan. Surabi dan Getuk diantaranya adalah makanan tradisional yang menurut saya cukup sulit ditemukan. Mungkin hanya beberapa daerah tertentu saja bisa ditemukan makanan ini.

Surabi di beberapa daerah biasanya banyak varian rasanya. Contohnya ada surabi oncom dan masih ada surabi lainnya yang saat ini di variasikan dengan gay ajaman sekarang. Tapi surabi yang biasa saya cari itu surabi yang sederhana saja, surabi tanpa campuran kelapa di adonannya. Nah biasanya surabi yang macam seperti ini disajikan dengan gula merah yang sudah di cairkan atau daam bahasa sunda di sebut peet.

Getuk, atau orang sunda menyebutnya gegetuk. Terbuat dari singkong yang di tumbuh dicampur dengan gula merah. Gula merahnya bisa pakai ula aren ataupun gula kelapa. Biasanya setelah ditumbuh dipipihkan lalu dipotong-potong ditaburi kelapa. Dulu kalau mau makanan ini bisa cari di si amang yang dagang bajigur. Tapi sekarang ini pedagang bajigur pun cukup langka. Biasanya kalau misalkan di kebun pas agi panen singkong, orang rumah biasa membuatnya di rumah. 

Nah sekarang saya bisa menemukan makanan surabi dan getuk ini di Cipanas. Tidak hanya Surabi dan Getuk saja yang bisa saya temukan. Tapi juga jajanan tradisional lainnya yang nama-namnya saya pun lupa. 

Nah jika kamu mencari jajanan tradisioal surabi dan getuk serta teman-temannya, kamu bisa temukan di Gang Mesjid Assaidiyah. Nah di sana biasanya ada bapak yang jualan Surabi, Getuk dan kawan-kawannya. Bapaknya biasa buka sekitar jam setengah dua siang sampai dengan sore hari. Jadi kamu bisa datang antara jam itu. 

Untuk harganya murah meriah layaknya jajanan tradisional. sepuluh ribu pun sudah bisa dapat surabi dan getuk lebih dari cukup. Jika penasaran langsung datang saja ke tempat jualan sibapaknya, gang mesjid Assaidiyah


Sabtu, 25 Februari 2023

Di Cianjur Jawa Barat terdapat satu desa, yang namanya Desa Sukatani. Merupakan salah satu desa yang terletak persis di bawah kaki Gunung Gede. Lokasi yang berada di bawah kaki gunung gede menjadikan daerah ini subur, dan sangat cocok untuk pertanian. Sesuai namanya, Sukatani, mayoritas masyarakat yang tinggal di desa ini, adalah petani. Nama Sukatani memang memiliki hubungan yaang erat dengan kebiasaan dan aktifitas sehari-hari para warganya yaitu bertani. 

Kondisinya geografisnya yang berada di dataran tinggi, desa satu ini bukan hanya memiliki potensi dari kesuburan tanahnya, tetapi juga wisata. Salah satunya wisata pertanian itu sendiri, dengan budaya pertanian yang sudah mengakar dari jaman dulu. Hal tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu pilihan wisata budaya pertanian yang bisa kamu lakukan di akhir pekan. 

Kamu bisa melihat bagaimana rutinitas dan ecoculture yang dilakukan oleh masyarakat tani Desa Sukatani. Yang tentunya hal tersebut juga berkontribusi dalam pelestararian kawasan hijau dan daerah resapan air di Desa Sukatani.Nah berbicara mengenai Budaya Pertanian, ada beberapa istilah pertanian di Desa Sukatani yang menarik untuk diketahui. Nah berikut istilah-istilah Pertanian yang berhasil saya catat dan dokumentasikan secara tertulis setelah melakukan riset pada para petani lokal di Desa Sukatani.

1. Macul

Macul, barangkali hal ini memang bisa kita temukan juga didaerah lain. Macul merupakan kegiatan mengemburkan tanah menggunakan cangkul. Dalam bahasa Sunda cangkul disebut dengan Pacul. Sedangkan kegiatannya sendiri disebut dengan istilah Macul. Nah yang cukup unik adalah jenis Pacul yang digunakan memiliki doran pacul yang melengkung seperti leher angsa. nah bertambah lagi nih istilah pertaniannya, Yaitu Doran Pacul.

Dalam proses Macul sebenarnya ada beberapa tahapan yang biasa dilakukan, seperti ngaleledkeun, ngaratakeun, lalu ngagarit. Dalam aktifitas macul pun sebenarnya ada aktifitas laiinnya didalamnya seperti ngalomang, yaitu membuat lubang untuk memasukan gulma atau sampah organik lainnya. Atau dalam istila modern yang biasa di sebut oleh para insinyur pertanian disebut teknik double digging. Nah ternyata para petani di Desa Sukatani sudah biasa secara turun temurun menggunakan teknik tersebut. 

2. Ngaratakeun

Ngaratakeun merupakan kegiatan meratakan tanah setelah di pacul atau di cangkul. Karena setelah tanah di balik melalui proses macul tanah tidak rata. ngaratakeun biasanya dilanjutkan dengan proses ngagarit. Ngaratkeun memiliki cara tersendiri. saya melihatnya proses keseluruhan macul atau mengolah tanah ini seperti proses karya seni seorang seniman. Termasuk ngaratakeun, bagi mereka yan gterbiasa mereka melakukannya dengan apik dan ketika saya memerhatikan pun, terlihat teknik dan kepiawan dalam proses tersebut, sampai saya menarik kesimpulan bahawa macul dan membuat bedengan bukan hanya sekedar membut bedengan tetapi juga bagian daripada seni. 

3. Mencug

Mencug kalau saya jelaskan dalam bahasa Indonesia dan menjelaskan kedalam kata-kata memang cukup sulit. Mencug merupakan kegiatan menggemburkan tanah di sekitar gawangan dan membersihkan gulma disekitarnya sekaligus mengubur gulma tersebut di gawangan. Jadi hasil dari kegiatan ini, gawangan menjadi bersih dan juga lebih gembur. Kadang kegiatan mencug ada juga yang di barengkan dengan kegiatan nyaeuer.

Mencug biasa dilakukan setelah kegiatan notogo atau ngoyong dan juga ngaramas di lakukan atau salah satu kegiatan tersebut dilakukan. Tergantung dari seberapa banyak gulma yang sudah menumpuk di gawangan atau parit diantara bedengan. 

4. Ngangler

Kegiatan ini masih merupakan proses pengolahan tanah. Hampir sama dengan kegiatan macul cuma bedanya kalau ngangler adalah kegiatan mengolah tanah dengan menggunakan air. Hampir sama kayak mencangkul di sawah. Karena biasanya kalau di kebun sayur penggunaan air memang tidak seperti di swah yang ditanamai padi. Nah ngangler  ini merupakan kegiatan awal pengolahan tanah. Namun memang tidak setiap saat dan tidak setiap lahan kebun sayur diangler. Jika memang perlu baru dilakukan proses ngangler. Nah tujuan ngangler ini sendiri salah satunya fungsinya untuk membuat tanah lebih gembur dan juga mengembalikan unsur hara tanah yang biasa dilakukan oleh petani di Desa Sukatani.

Hal diatas ada beberap asaja hal yang berkaitan dengan istilah pertanian di Desa Sukatani. Barangkai dirasa memusingkan memang agak sedikit memusingkan istilah-istilahnya. Tetapi meski memusingkan sangat menarik untuk di pelajari dimana hal tersebut merupakan sebuah budaya bertani yang harusnya tetap lestari. 

Nah bagi kamu yang masih bingung, dan ingin melihat langsung bagaimana prose macul, ngaratakeun, mencug dan juga ngangler saya sarankan untuk langsung datang ke Desa Sukatani. Kamu bisa agendakan untuk melakukan mini trip ke lahan pertanian masyarakat yang dikelola secara mandiri. Saya biasa mengadakan mini/private trip dihari minggu untuk bertemu dengan para petani Desa Sukatani dan melihat keseharian mereka. Bagi yang tertarik bisa hubungi saya  melalui email atau akun Instagram saya @sayazazat.

hallocal | Designed by Oddthemes | Distributed by Gooyaabi